Ruangan kecil ini, dulu, aku selalu membuatnya terasa nyaman untuk kamu tinggali. Beberapa waktu yang lalu kamu menjadi semakin betah tinggal di ruangan kecil yang ada di hatiku ini. Aku memberikanmu fasilitas paling mewah, perhatian, pengertian, semangat dan kehadiranku. Aku merasa menjadi yang paling bahagia ketika perhatian, semangat yang aku berikan untukmu, serta kehadiranku menjadikanmu semakin kuat. Akupun bahagia ketika kamu membutuhkan kehadiranku, ketika kamu membayar rindu yang aku simpan untukmu dengan meluangkan waktumu untuk membuatku tertawa lepas, ketika perhatianmu begitu tulus untukku dan ketika kamu mengangkatku saat aku jatuh.
Tapi belakangan kamu berubah. Aku memberimu perhatian yang cukup tapi kamu bilang, aku ini sok peduli. Lalu aku coba memberimu semangat, sekarang kamu bilang, bukan aku yang mampu menyemangatimu. Aku berusaha tetap disampingmu ketika kamu jatuh tapi kemudian kamu bilang tak membutuhkanku. Ini bukan yang pertama kali kamu mengatakan itu. Berkali-kali. Ya berkali-kali. Aku dengan sekuat tenagaku mengusahakan (lagi) agar kamu tetap nyaman tinggal di ruang kecil ini. Dan lalu kamu akan kembali lagi. Dan kemudian akan pergi lagi mengejar bahagiamu. Dan ketika kamu lelah kamu kembali lagi. Begitu seterusnya.
Sampai kali ini aku sudah terlalu lelah. Aku mengemasimu dari hatiku. Lihat, sudah selesai. Coba kamu periksa masih ada tidak yang terselip di pojok-pojok ruangan atau tidak. Kalau kotak yang ada di pojok itu, kamu tidak berhak membawanya, itu miliku. Aku beri tahu, isi kotak itu adalah kebersamaan kita dulu. Aku membiarkannya tetap di sini karena memang mustahil aku membuangnya, yang aku bisa hanya pelan-pelan menganggapnya sebagai kotak biasa yang berisi kenangan biasa, baru kemudian aku bisa menyimpannya di gudang.
Aku sudah selesai mengemasimu. Sini, biar aku bantu mengangkat barangmu sampai di depan pintu. Lalu aku akan menyaksikan punggung dan bahumu yang dulu pernah aku pakai bersandar ketika lelah, perlahan menjauh. Jangan, jangan berbalik untuk melihatku meski hanya sepersekian detik, bisa jadi aku akan kembali menarik tanganmu dan memintamu tinggal kembali.
Aku tau, setelah ini kamu akan kembali mengejar bahagiamu. Aku pun begitu, ruang kecil ini sekarang aku biarkan kosong, akan aku bereskan, dan aku siapkan untuk seseorang yang akan menjadi bahagiaku. Nanti kalau kamu terluka lagi, kamu boleh bertamu ke ruang ini lagi, tapi maaf bukan untuk tinggal di sini dan mendapatkan fasilitas mewah lagi dariku, kecuali kamu membawakan ‘hadiah kesungguhan’ untukku.
No comments:
Post a Comment