Dear you ..
kamu tau persis bahwa setiap kali aku bersandar di bahumu dan lalu aku terdiam begitu lama disitu, itu artinya aku sedang mendoakanmu, semua hal yang baik aku mintakan untukmu.
Aku paham betul sebagian besar mimpi-mimpimu, dan aku selalu menyebutnya satu-persatu di doaku untukmu. Aku memohon agar lelaki baik hati ini selalu dilimpahi kebahagiaan, terjaga selalu iman dan taqwanya, diberi kesehatan, diberi kemudahan dalam setiap langkah dan usahanyanya, dan lalu aku akan mengeja mimpimu satu persatu. Jadi aku harap kamu memaklumi jika aku sering berlama-lama di bahumu.
Ceritaku, senyumku dan peduliku, sepertinya kamu tidak pernah membutuhkan semua itu, jadi aku rasa hanya ini cara paling tepat dan paling sederhana untuk mencintaimu. Ya, setidaknya kamu tidak merasa terganggu dengan doa yang aku sampaikan kepadanya, daripada aku terus mengoceh memenuhi telingamu dengan cerita-ceritaku.
bahagia bisa datang kapan saja dimana saja dan dengan siapa saja, kuncinya satu, nikmati saja momentnya, tidak peduli dimana, kapan dan dengan siapa asal kamu menikmati, pasti bahagia akan terasa disitu ..
Thursday, January 31, 2013
Sunday, January 13, 2013
Behind the scenes Kuliah Umum 10 Januari 2013
Pagi yang indah, awalnya. Jauh dari kerempongan, karena partner rempong saya si Desti sedang berselingkuh, dia rempong bersama Anis. Jadilah pagi saya damai, mengumpulkan revisian dengan damai pula.
mc dan moderator hasil tumbal destong
Jam makan siang, saya makan siang bersama Mitsa, masih tanpa Desti. Sambil menikmati nasi rames, saya dan Mitsa ngobrol santai, sampai pada satu obrolan yang membuat saya speechless.
“ Ciee yang jadi moderator.” Celetuk si Mitsong sambil nowel-nowel lengan saya.
“Moderator? Moderator apaan sih neng?”
“ Lhoh, kamu belum dikasih tau sama si Destong thon neng?” sampai disini, bulu kuduk saya mulai berdiri, ada perasaan tidak enak yang menghampiri saya, di situ, di perkataannya Mitsong, dia menyebut nama Desti.
Jadi berdasarkan cerita yang saya dengar dari Mitsa, kampus mau ngadain kuliah umum dengan pembicara yang W.O.W dari Ausie. Kemarin Anis dan Desti dipanggil untuk menemui Ibu Fitri yang meminta bantuan untuk membentuk sebuah panitia kecil yang terdiri dari sie registrasi, dokumentasi, MC dan Moderator. Bukan Destong namanya kalau ga ngebawa-bawa saya dan Mitsa, sementara dia (Red. Desti) jadi sie Registrasi sama Anis, Mitsa didaulat sebagai MC dan saya jadi Moderator. Saya pikir saya harus memimpin diskusi dengan bahasa inggris tapi alhamdulillahnya Ibu Sari Bui, orang Indonesia tulen.
“Gimana kalo kita tukeran aja?”, saya dan Mitsa mengucapkan kalimat tersebut hampir bersamaan saat bertemu dengan Desti dan Anis yang masih menampakkan sisa kerempongan di wajah mereka.
“Oh kalian mau tukeran, Mitsa jadi Moderator, Gendon jadi MC? Boleh-boleh”
Sumprit ya mukanya si Anis megeli banget mukanya waktu jawab pertanyaan saya dan Mitsa.
“Enggak gitu, kita tukeran aku sama gendon jadi sie Registrasi, kamu sama Destong jadi MC sama meoderator”
“Ouw, tidak bisa” Kali ini Destong menjawab dengan muka yang tidak kalah megeli.
Okelah proses negosiasi tidak berhasil, saya dan Mitsa kurang inovatif dalam melobi si Destong.
si MC lagi beraksi
Jadilah acara di mulai esok paginya. Mitsa berdiri dibelakang saya yang sedang sibuk menulis Riwayat pendidikan sang pembicara, tiba-tiba si Mitsa tertawa di belakang saya layaknya kuntilanak.
“Hey, kenapa song, ketawa-ketawa sendiri?”
“Gapapa, pengen ketawa aja”
Coba, gimana ga dahsyat tuh si Destong sampai bikin si Mitsa ketawa sendiri gitu.
sambutan dari kaprodi
ibu sari bui
moderator nampang
peserta bareng-bareng pembicara
ini nih bareng ibu sari
Alhamdulillah acara berjalan dengan lancar, meskipun saya sempat tremor diawal memipin diskusi. Tapi gapapa ko tong, pengalaman yang luar biasa, bisa jadi moderator seorang pembicara luar biasa seperti Ibu Sari Bui. Thanks ya tooong *peluk dan cium deh buat Destong .. :*
Sari Bui: Seorang Magister Manegement yang Berprofesi sebagai Registered Nurse di Melbourne
Kamis, 10 Januari 2013, Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Diponegoro, kembali menggelar sebuah acara menarik. Kuliah umum bertajuk Sharing Experience : Cara Mendapatkan RN di Luar Negeri, di gelar di ruang 3E Kampus Holistik PSIK UNDIP. Menghadirkan Ibu Sari Bui RN, BN, SE, MM dari Australia sebagai pembicara, agaknya acara ini sukses membakar semangat para mahasiswa, alumni dan tamu undangan untuk menjadi Excellence Nurse.
Sari Bui menceritakan pengalamannya selama menjadi perawat di Melbourne Australia, yang membuat para peserta berdecak kagum dengan sistem kerja yang diterapkan oleh Rumah sakit di Australia. Perawat di Australia memiliki jadwal terstruktur selama menjalani shift kerja. Ranah kerja perawat di Australia telah dipisahkan secara jelas antara perawat, dokter, physiotherapist dan tenaga kesehatan laiinnya. ‘Saya suka menjadi perawat di sana (red. Australia), kerjanya flexible jadi saya bisa tetap bekerja dan mengurusi anak-anak saya’ ungkap perawat Austin Hospital ini.
Perjalanan Sari hingga menjadi seorang perawat pun tidak kalah mengagumkan. Sari Bui pertama kali menginjakkan kakinya di Negeri Kanguru untuk mendapatkan gelar Master Management setelah menyelesaikan pendidikan strata 1 Ekonomi di Universitas Diponegoro pada tahun 1997. Selama menempuh kuliah, Sari bekerja di Home Nursing untuk mencukupi biaya hidup. ‘ Saat itu di Indonesia sedang krisis moneter jadi harga dollar melonjak, saya putuskan untuk bekerja’ ungkap ibu dari dua anak yang bercita-cita meraih gelar PhD di bidang Keperawatan ini.
Setelah menamatkan pendidikan master nya di Monash University Melbourne pada tahun 2000,perempuan kelahiran Jakarta ini kemudian menikah dan bekerja di sebuah perusahaan yang mengharuskannya bekerja dari pagi hingga petang. Sari kemudian bercerita kepada suaminya bahwa ia merasa lebih menyukai pekerjaannya di Home Nursing ketimbang menjadi pekerja kantoran. Sebuah ide ‘gila’ pun dilontarkan suaminya,’ Kenapa tidak jadi perawat saja?’. Sari sempat ragu, karena dia harus menempuh pendidikan selama 3 tahun di Bachelor of Nursing untuk menjadi seorang perawat. Sari memantapkan tekadnya, kecintaannya kepada profesi perawat membuat pendidikan selama 3 tahun berlalu begitu saja dan akhirnya ia menjadi seorang Registered Nurse (RN) di Australia. ‘Memang kalau kita belajar di bidang yang kita cintai, hasilnya lebih memuaskan dan lebih cepet juga rasanya’ ucap Sari sambil tertawa renyah.
Kini Ibu Sari bekerja di dua rumah sakit di Melbourne, Austin Hospital dan Mitcham Private Hospital. Sari bekerja hanya saat memiliki waktu luang saja, sehingga ia masih memiliki waktu untuk mengasuh anak dan mengurus rumah tangga. Gaji yang ia peroleh sebagai perawat pun sangat fantastis. Gaji yang Sari peroleh selama satu shift setara dengan gaji perawat Indonesia dalam satu bulan.
Selain berbagi cerita mengenai pengalamannya menjadi perawat di Australia, ia juga menyampaikan mengenai cara menjadi seorang Registered Nurse di Australia. Nilai IELTS yang harus diatas angka 7 agaknya menjadi tantangan tersendiri bagi perawat Indonesia yang ingin menjadi RN di Australia.
Acara yang dihadiri oleh Ketua Program Studi PSIK, Staff Dosen, perwakilan alumni, perwakilan mahasiswa S1 dan program Magister, dan tamu undangan dari STIKES Kendal, Poltekkes Kemenkes Semarang, Serta Rumah Sakit Umum Pusat dr. Karyadi, berlangsung selama tiga jam. Antusiasme peserta terlihat dari banyaknya pertanyaan yang muncul saat sesi diskusi yang dipimpin oleh Dewi Widyaningsih – mahasiswa tingkat akhir di PSIK UNDIP-- sebagai moderator. Pengalaman Sari Bui, selama menjadi perawat di Australia berhasil memotivasi para peserta untuk lebih mencintai dan memajukan profesi perawat di Indonesia.
‘Terlepas dari perbedaan yang sangat mencolok antara perawat di Australia dan di Indonesia, yang terpenting saat ini adalah bagaimana kita mampu mencintai profesi kita sebagai perawat, sehingga nantinya kita mampu memajukan profesi yang kita cintai ini’ ucap Moderator saat menutup sesi diskusi, semakin membakar semangat peserta .
Wednesday, January 9, 2013
Terimakasih
Hey, kamu tahu tidak? Aku suka sekali bahumu kuat, lapang, hangat dan nyaman. Aku suka sekali bersandar di bahumu itu. Setidaknya, saat merasa lelah, aku seperti menemukan rumahku, ya, rumah yang lama aku cari untuk segera melepas lelah yang membebani langkahku. Aku juga bisa bercerita banyak hal di bahumu itu, mekipun aku tau kamu tidak mendengarnya, tapi setidaknya jarak hati kita lebih dekat, semoga hatimu mendengar cerita-ceritaku. Dan di bahumu, aku juga sering mendoakanmu, mendoakanmu dalam segala, semua hal yang baik aku mintakan untukmu. Terimakasih sudah meminjamkannya untukku, membiarkannya mendengarkan ceritaku yang tidak sedikit, menopangku saat lelah dan membiarkan doa-doaku membanjirimu. Terimakasih
Subscribe to:
Posts (Atom)