Kalau aku bisa meminjamkan telingaku untukmu, pasti kamu akan mendengar suara-suara yang akan membuatmu tersenyum-senyum sendiri. Lewat telingaku aku biasa mendengar namamu. Kicau burung ditelingaku terdengar sebagai namamu yang di lafalkan berkali-kali. Suara detak jarum jam seperti sedang mengeja satu persatu huruf yang menyusun namamu. Desir angin, daun-daun yang saling bergesekan dan bunyi ranting yang patah seolah menyanyikan lagu yang sebagian besar liriknya tersusun dari namamu. Namamu menggema dimana-mana, tersenyum-senyum sendiri aku dibuatnya tapi tidak jarang telingaku terasa sakit juga, tapi tidak apa-apa aku menikmatinya. Aku menikmatinya, ya menikmati kejatuhanku, jatuh yang tidak membuatku menangis tapi justru membuatku berdansa riang bersama hembusan angin.
Saking jatuh cintanya aku padamu. Aku pernah bermimpi, suatu hari kamu akan berdiri di depan pintuku sambil melemparkan senyummu yang biasanya membuat jantungku memompa darah 3 kali lebih cepat, lalu aku, dengan riangnya menghambur di pelukanmu. Dan bahagianya aku, saat kamu benar-benar berdiri di depan pintuku sambil melempar senyummu meminta persetujuan orangtuaku untuk menculikku sebentar saja. Kalau saja kamu tahu, sebelumnya belum pernah ada laki-laki yang aku izinkan atau bahkan aku memintanya datang kerumahku sendirian, seperti yang kamu lakukan waktu itu.
tidak jarang aku merasa lelah karena terlalu sering tertawa bersamamu. Mengitari kota untuk sekedar mengabadikan beberapa gambar juga tidak kalah melelahkannya.Terkadang aku juga hampir pingsan saat menemanimu berolahraga untuk mengecilkan perutmu yang sedikit buncit. Tapi aku suka semua itu, karena aku bersamamu, kalau aku lelah, lenganmu adalah tempat paling nyaman untuk bersandar, sambil memainkan jari-jarimu atau mengayun-ayunkan kakiku. Saking nyaman dan hangatnya, tidak jarang aku mengantuk. Tapi getaran pita suaramu menjalar hingga lenganmu yang nyaman, itu yang menjagaku untuk tidak tertidur saat bersandar di lenganmu.
Bersamamu selalu terasa nyaman dan menyenangkan. Saat hujan begini, biasanya kita berkirim pesan, bercerita lebih banyak, tertawa lebih banyak meski hanya melalui telepon seluler. Nanti setelah hujan reda, biasanya kita menghabiskan waktu di luar menikmati wedang ronde kesukaanku. Sempurna sekali, jalanan masih basah oleh hujan yang baru saja meninggalkan bumi, kadang rintik air dari daun yang terhembus angin pun masih menciptkan bunyi-bunyi yang romantis, dan semakin romantis lagi ketika ada pengamen yang membaca suasana kita, datang tanpa diundang lalu menyanyikan lagu cinta, berduet bersama malam yang baru saja disapa hujan. Tidak jarang aku ikut menyanyi, beberapa orang berkata suaraku bagus.
www.tomascastelazo.com
Kamu tahu persis selama aku berada di kota ini, aku selalu menikmati wedang ronde bersamamu. Belum pernah sekalipun orang lain menemaniku. Aku memiliki banyak sahabat dan teman wanita yang biasa menjadi teman untuk membunuh waktu. Tapi tidak pernah sekalipun aku menikmati wedang ronde ini bersama mereka, apalagi hujan begini.
Jatuh padamu itu indah, dan bertambah indah ketika kamu sedang bersamaku. membuatku bahagia saat kamu merelakan lubang telingamu terisi oleh gelombang suara yang aku hasilkan dari pita suara di tenggorokanku. Semakin indah ketika getaran pita suaramu menjalar melalui lenganmu dan merambat menuju kepalaku yang sedang bersandar di situ. Kamu tau? Bahwa getaran pita suaramu itu tidak hanya berhenti dikepalaku, tapi terus dan terus berjalan menyusuri lorong-lorong sempit di hatiku, dengan sigap menuju ke sebuah ruangan yang di sana berisi kamu. Ya, semua hal tentang kamu.dan saat getaran itu sampai diruangan itu, suaramu itu secara otomatis akan terekam disitu.
Jatuh padamu itu indah, bisa bersamamu membuatnya menjadi semakin terasa menggembirakan, tapi alangkah lebih indahnya jika kamu memungut hatiku yang jatuh itu lalu menyimpannya, menjaganya agar tidak jatuh pada yang lain
No comments:
Post a Comment