1. Cinta sejati akan mengenali jalan pulangnya sendiri. meskipun terkadang ia buta, tapi cinta sejati tidak perlu dituntun, tidak butuh tongkat, tidak butuh penunjuk jalan.
2. Seperti ranting yang lelah diayun-ayunkan sang angin, terpanggang terik matahari, dan menggigil oleh hujan, akhirnya memilih untuk patah dan terjatuh ke tanah.
3. Detakmu pernah menjadi hitungan senyumku dan sekarang detakmu menjadi hitungan tetes air mata yang ditumpahkan mataku.
4. Aku tidak membutuhkan alasan untuk mencintaimu, tapi untuk melupakanmu aku membutuhkan beribu alasan, mau membantuku menemukan alasan itu?
5. Kalau nanti air mataku meleleh, kamu diam saja, jangan lakukan apa-apa. Jangan buat aku kembali mencintaimu saat aku sudah hendak melepasmu.
6. Ternyata selama ini aku tidak pernah kehilangan kunci itu, aku sendiri yang menyembunyikannya, dan berpura-pura bahwa kunci itu hilang,jadi hatiku terus tertutup.
bahagia bisa datang kapan saja dimana saja dan dengan siapa saja, kuncinya satu, nikmati saja momentnya, tidak peduli dimana, kapan dan dengan siapa asal kamu menikmati, pasti bahagia akan terasa disitu ..
Tuesday, December 25, 2012
Monday, December 24, 2012
Akan Terasa Lebih Menggembirakan Jika ..
Kalau aku bisa meminjamkan telingaku untukmu, pasti kamu akan mendengar suara-suara yang akan membuatmu tersenyum-senyum sendiri. Lewat telingaku aku biasa mendengar namamu. Kicau burung ditelingaku terdengar sebagai namamu yang di lafalkan berkali-kali. Suara detak jarum jam seperti sedang mengeja satu persatu huruf yang menyusun namamu. Desir angin, daun-daun yang saling bergesekan dan bunyi ranting yang patah seolah menyanyikan lagu yang sebagian besar liriknya tersusun dari namamu. Namamu menggema dimana-mana, tersenyum-senyum sendiri aku dibuatnya tapi tidak jarang telingaku terasa sakit juga, tapi tidak apa-apa aku menikmatinya. Aku menikmatinya, ya menikmati kejatuhanku, jatuh yang tidak membuatku menangis tapi justru membuatku berdansa riang bersama hembusan angin.
Saking jatuh cintanya aku padamu. Aku pernah bermimpi, suatu hari kamu akan berdiri di depan pintuku sambil melemparkan senyummu yang biasanya membuat jantungku memompa darah 3 kali lebih cepat, lalu aku, dengan riangnya menghambur di pelukanmu. Dan bahagianya aku, saat kamu benar-benar berdiri di depan pintuku sambil melempar senyummu meminta persetujuan orangtuaku untuk menculikku sebentar saja. Kalau saja kamu tahu, sebelumnya belum pernah ada laki-laki yang aku izinkan atau bahkan aku memintanya datang kerumahku sendirian, seperti yang kamu lakukan waktu itu.
tidak jarang aku merasa lelah karena terlalu sering tertawa bersamamu. Mengitari kota untuk sekedar mengabadikan beberapa gambar juga tidak kalah melelahkannya.Terkadang aku juga hampir pingsan saat menemanimu berolahraga untuk mengecilkan perutmu yang sedikit buncit. Tapi aku suka semua itu, karena aku bersamamu, kalau aku lelah, lenganmu adalah tempat paling nyaman untuk bersandar, sambil memainkan jari-jarimu atau mengayun-ayunkan kakiku. Saking nyaman dan hangatnya, tidak jarang aku mengantuk. Tapi getaran pita suaramu menjalar hingga lenganmu yang nyaman, itu yang menjagaku untuk tidak tertidur saat bersandar di lenganmu.
Bersamamu selalu terasa nyaman dan menyenangkan. Saat hujan begini, biasanya kita berkirim pesan, bercerita lebih banyak, tertawa lebih banyak meski hanya melalui telepon seluler. Nanti setelah hujan reda, biasanya kita menghabiskan waktu di luar menikmati wedang ronde kesukaanku. Sempurna sekali, jalanan masih basah oleh hujan yang baru saja meninggalkan bumi, kadang rintik air dari daun yang terhembus angin pun masih menciptkan bunyi-bunyi yang romantis, dan semakin romantis lagi ketika ada pengamen yang membaca suasana kita, datang tanpa diundang lalu menyanyikan lagu cinta, berduet bersama malam yang baru saja disapa hujan. Tidak jarang aku ikut menyanyi, beberapa orang berkata suaraku bagus.
www.tomascastelazo.com
Kamu tahu persis selama aku berada di kota ini, aku selalu menikmati wedang ronde bersamamu. Belum pernah sekalipun orang lain menemaniku. Aku memiliki banyak sahabat dan teman wanita yang biasa menjadi teman untuk membunuh waktu. Tapi tidak pernah sekalipun aku menikmati wedang ronde ini bersama mereka, apalagi hujan begini.
Jatuh padamu itu indah, dan bertambah indah ketika kamu sedang bersamaku. membuatku bahagia saat kamu merelakan lubang telingamu terisi oleh gelombang suara yang aku hasilkan dari pita suara di tenggorokanku. Semakin indah ketika getaran pita suaramu menjalar melalui lenganmu dan merambat menuju kepalaku yang sedang bersandar di situ. Kamu tau? Bahwa getaran pita suaramu itu tidak hanya berhenti dikepalaku, tapi terus dan terus berjalan menyusuri lorong-lorong sempit di hatiku, dengan sigap menuju ke sebuah ruangan yang di sana berisi kamu. Ya, semua hal tentang kamu.dan saat getaran itu sampai diruangan itu, suaramu itu secara otomatis akan terekam disitu.
Jatuh padamu itu indah, bisa bersamamu membuatnya menjadi semakin terasa menggembirakan, tapi alangkah lebih indahnya jika kamu memungut hatiku yang jatuh itu lalu menyimpannya, menjaganya agar tidak jatuh pada yang lain
Saking jatuh cintanya aku padamu. Aku pernah bermimpi, suatu hari kamu akan berdiri di depan pintuku sambil melemparkan senyummu yang biasanya membuat jantungku memompa darah 3 kali lebih cepat, lalu aku, dengan riangnya menghambur di pelukanmu. Dan bahagianya aku, saat kamu benar-benar berdiri di depan pintuku sambil melempar senyummu meminta persetujuan orangtuaku untuk menculikku sebentar saja. Kalau saja kamu tahu, sebelumnya belum pernah ada laki-laki yang aku izinkan atau bahkan aku memintanya datang kerumahku sendirian, seperti yang kamu lakukan waktu itu.
tidak jarang aku merasa lelah karena terlalu sering tertawa bersamamu. Mengitari kota untuk sekedar mengabadikan beberapa gambar juga tidak kalah melelahkannya.Terkadang aku juga hampir pingsan saat menemanimu berolahraga untuk mengecilkan perutmu yang sedikit buncit. Tapi aku suka semua itu, karena aku bersamamu, kalau aku lelah, lenganmu adalah tempat paling nyaman untuk bersandar, sambil memainkan jari-jarimu atau mengayun-ayunkan kakiku. Saking nyaman dan hangatnya, tidak jarang aku mengantuk. Tapi getaran pita suaramu menjalar hingga lenganmu yang nyaman, itu yang menjagaku untuk tidak tertidur saat bersandar di lenganmu.
Bersamamu selalu terasa nyaman dan menyenangkan. Saat hujan begini, biasanya kita berkirim pesan, bercerita lebih banyak, tertawa lebih banyak meski hanya melalui telepon seluler. Nanti setelah hujan reda, biasanya kita menghabiskan waktu di luar menikmati wedang ronde kesukaanku. Sempurna sekali, jalanan masih basah oleh hujan yang baru saja meninggalkan bumi, kadang rintik air dari daun yang terhembus angin pun masih menciptkan bunyi-bunyi yang romantis, dan semakin romantis lagi ketika ada pengamen yang membaca suasana kita, datang tanpa diundang lalu menyanyikan lagu cinta, berduet bersama malam yang baru saja disapa hujan. Tidak jarang aku ikut menyanyi, beberapa orang berkata suaraku bagus.
www.tomascastelazo.com
Kamu tahu persis selama aku berada di kota ini, aku selalu menikmati wedang ronde bersamamu. Belum pernah sekalipun orang lain menemaniku. Aku memiliki banyak sahabat dan teman wanita yang biasa menjadi teman untuk membunuh waktu. Tapi tidak pernah sekalipun aku menikmati wedang ronde ini bersama mereka, apalagi hujan begini.
Jatuh padamu itu indah, dan bertambah indah ketika kamu sedang bersamaku. membuatku bahagia saat kamu merelakan lubang telingamu terisi oleh gelombang suara yang aku hasilkan dari pita suara di tenggorokanku. Semakin indah ketika getaran pita suaramu menjalar melalui lenganmu dan merambat menuju kepalaku yang sedang bersandar di situ. Kamu tau? Bahwa getaran pita suaramu itu tidak hanya berhenti dikepalaku, tapi terus dan terus berjalan menyusuri lorong-lorong sempit di hatiku, dengan sigap menuju ke sebuah ruangan yang di sana berisi kamu. Ya, semua hal tentang kamu.dan saat getaran itu sampai diruangan itu, suaramu itu secara otomatis akan terekam disitu.
Jatuh padamu itu indah, bisa bersamamu membuatnya menjadi semakin terasa menggembirakan, tapi alangkah lebih indahnya jika kamu memungut hatiku yang jatuh itu lalu menyimpannya, menjaganya agar tidak jatuh pada yang lain
Friday, December 21, 2012
Sungai Multifungsi
Senin, 17 Desember yang lalu, saya dan teman-teman satu kelompok mengunjungi pesisir pantai utara Jawa, tepatnya di sebuah RT yang berlokasi di Kecamatan Tanjung Mas. Kunjungan yang kami lakukan sebenarnya bukan untuk jalan-jalan atau refreshing, melainkan untuk melakukan Mini Research mengenai Kesehatan Fisik dan Lingkungan di Wilayah Pesisir. Awalnya kami berpikir setelah berkunjung ke runah-rumah warga, kami akan menemukan kawasan pesisir yang lumayan memanjakan indra penglihatan di kawasan Semarang utara. Paling tidak, kami ingin melihat eksotisme pemandangan laut sore, bersama kapal-kapal nelayan yang bersiap berlayar, itu saja. Harapan kami tidak terlalu muluk-muluk, karena kami sadar tidak akan menemukan pantai berpasir yang sama indahnya seperti pantai-pantai di Kawasan Wonosari Gunung Kidul, Jogjakarta atau di Jepara.
Setelah menempuh perjalanan selama kurang lebih 45 menit mengendarai sepeda motor dari Kawasan Tembalang, akhirnya kami sampai di lokasi. Kami mulai menyusuri gang sempit yang hanya dapat dilalui 2 sepeda motor, menuju rumah Ketua RT setempat . Disambut tatapan-tatapan ‘ingin tahu’ dari warga sekitar, kami mencoba melempar senyum. Bau amis menusuk hidung, beberapa ibu –yang mungkin suaminya berprofesi sebagai nelayan- tampak sedang menimbang ikan, cumi dan kepiting, sedangkan anak-anak kecil sibuk berlarian di jalan gang sempit yang becek.
Berjalan sejauh 30 meter, akhirnya kami sampai di rumah Ketua RT, kami disambut dengan ramah. Tepat di depan rumah bapak RT kami disuguhi pemandangan sebuah tambak yang cukup luas, dengan sampah mengapung di sana-sini. Selesai memperkenalkan diri dan menjelaskan tujuan kedatangan kami, kami segera memulai wawancara untuk mengumpulkan data yang bersumber dari tokoh masyarakat.
Jalan gang sempit yang becek tempat anak-anak kecil berlarian tadi, ternyata merupakan akibat dari banjir rob yag sering terjadi kawasan tersebut. “Tadi malam banjir datang pukul 02.00 dini hari mbak, airnya hampir masuk kerumah saya. Kalau yang rumahnya lebih rendah dari rumah saya, biasanya air sudah masuk ke rumah mbak.” Kata bapak RT dengan bahasa Indonesia yang khas dengan aksen Semarang-an.
Saat kami menanyakan mengenai system pembuangan sampah, kami mendapatkan jawaban yang memang sudah dapat kami tebak. Tidak terdapat tempat pembuangan sampah, maupun petugas yang mengambil sampah di lingkungan ini, warga dengan entengnya membuang sampah-sampah yang mereka hasilkan ke sungai dibelakang rumah yang langsung menuju ke laut. Ketika banjir Rob –yang tidak bisa diprediksi kapan terjadinya- datang, sampah-sampah yang ‘dititipkan’ di sungai kembali memenuhi jalan gang sempit akibat terbawa arus air. Ketika hari sudah terang, warga membersihkan sampah di jalan gang dan kembali ‘menitipkan’ sampah-sampah tesebut ke sungai.
Itu tadi mengenai sampah yang disebut pak RT hanya pulang dan pergi. Kali ini mengenai sanitasi serta MCK, kami cukup tercengang dengan jawaban yang disampaikan oleh pak RT saat kami menanyakan mengenai fasilitas MCK.
“Dibelakang rumah saya ini ada WC umum lho mbak”, kata pak RT. Jawaban tersebut awalnya membuat kami tersenyum. “ Tapi langsung ke sungai”, pak RT melanjutkan, sontak kami tercengang. Ternyata warga biasa menggunakan WC umum dengan sungai sebagai septitank nya. Tidak jauh berbeda dengan system pembuangan limbah rumah tangga dan home industry ikan asin, lagi-lagi sungai menjadi muara dari limbah industry tersebut.
Menurut pak RT, warga sangat jarang melakukan kerja bakti untuk menciptakan lingkungan bersih yang nyaman. Antusiasme warga terhadap kerjabakti hanya muncul ketika ada kunjungan dari pejabat daerah setempat. Meskipun menurut pak RT, warga di lingkungan ini menyadari betul dampak yang dapat timbul dari kebiasaan buruk ini. Betapa ‘Indonesia’ sekali warga di sini.
Wawancara berlangsung selama kurang lebih satu jam, lalu kami melanjutkan dengan survey lapangan. “Oh, silahkan mbak, dicoba juga boleh ko”, jawab pak RT saat kami meminta ijin untuk melihat WC umum yang tadi kami bicarakan, kami hanya bisa tersenyum mendengar jawaban tersebut.
Dari kejauhan nampak beberapa kapal terikat di batang bamboo yang ditancapkan di sisi sungai. Kami mencoba mendekat, air sungai tampak keruh dengan sampah yang tersebar di berbagai sisi sungai, mau amis semakin menyengat saat kami mendekat. Dan ternyata memang benar bahwa WC umum yang dimaksud pak RT tadi, memanfaatkan sungai sebagai septitank-nya. tidak tampak jelas adanya aliran air di sungai yang sedang kami amati. Berbagai macam sampah plastik tampak mengapung. Sekitar 10 meter dari tempat kami berdiri tampak tumpukan sampah yang menggunung. Menurut pak RT, tidak jarang ketika air pasang anak-anak berenang di kali multifungsi ini. Mencengangkan.
Alam menjadi sumber penghidupan merangkap sumber bencana yang tidak terelakkan. Potret kehidupan masyarakat Indonesia.
Sunday, December 2, 2012
Semoga Tidak Terjadi Apa-apa pada Hati yang Hanya Satu
ketika mencintai seseorang dan rasanya cinta itu meluap-luap, tapi tidak pernah bisa mengekspresikannya rasanya seperti tertindih batu yang beratnya berton-ton tepat diatas dada. Jangankan untuk mengekspresikan, bagaimana mungkin, ketika yang di cintai tidak memiliki perasaan yang sama. Rasanya mungkin selalu sama, bingung mau berteriak harus berteriak pada siapa, mau menangis untuk siapa. Mau berteriak selantang apapun juga tidak didengarkan, mau menangis hingga nafas terasa sesak pun juga tidak akan dipedulikan. Ya. Memang seperti itu karena ketika mencintai seseorang yang tidak balik mencintai itu adalah urusan yang mencintai, mau sakit hati ya di tanggung sendiri, mau berdarah-darah ya diobati sendiri, yang dicintai tidak akan pernah terpengaruh karena memang dia tidak balik mencintai.
tidak ada yang salah memang, hanya saja yang mencintai itu bodoh sekali, kenapa tidak segera berhenti, kenapa masih tetap saja bertahan di situ padahal sudah tau sakit. Sementara yang dicintai bebas kesana kemari bersama orang lain yang mungkin dia cintai atau tidak dia cintai. Sementara yang mencintai selalu was-was, tapi mau protes juga tidak bisa, memangnya siapa dia? Enak saja diprotes-protes, berhak juga tidak. Tapi disisi lain, yang mencintai berusaha mengelus dada sambil mengobati hatinya yang sakit, berkata pelan untuk hatinya yang sedang lecet atau bahkan berdarah, “tidak apa-apa yang penting dia bahagia, melihat senyumnya sudah cukup membahagiakan, bisa bersamanya itu adalah bonus dari ketulusan yang aku berikan”. Padahal kalo saja dia tahu, hatinya yang lecet atau bahkan berdarah itu sedang berteriak-teriak, ”berhenti, berhentilah mencintainya”. Tapi sayangnya teriakan-teriakan itu teredam oleh luapan cinta yang begitu besar untuk seseorang yang tidak balik mencintai.
Apapun dilakukan demi melihat yang dicintai bahagia, ya, karena bagi yang mencintai, melihat senyumnya adalah bahagia, meskipun harus merasa sakit di dada sebelah kirinya, karena terkadang yang membuatnya bahagia adalah sesuatu hal yang menyakitkan bagi yang mencintai. Dan lagi yang mencintai akan berkata pada hatinya ‘tidak apa-apa, yang penting dia bahagia’. Saking seringnya dicekoki kalimat itu, hatinya sekarang jadi mati rasa, mau sakit mau bahagia mau sedih rasanya hampir sama, ya mati rasa, tidak bisa lagi membedakan. Kalau sudah begini sebenarnya berbahaya, tapi bagaimana lagi yang mencintai masih ingin bertahan meski yang dicintai masih tetap tidak pernah melihat.
selalu saja punya sejuta alasan untuk bertahan. Sekali dua kali sahabat-sahabatnya masih mau menasehati, tapi tidak didengarkan sedikitpun. Hingga akhirnya sahabat-sahabat lelah, dengan gamblang mengatakan bahwa dia bodoh. Yang bisa dilakukan sahabat-sahabatnya hanya berdoa agar sahabatnya yang sedang mencintai seseorang yang tidak balik mencintainya itu, tetap baik-baik saja, tidak terjadi apa-apa dengan hatinya yang hanya satu itu
tidak ada yang salah memang, hanya saja yang mencintai itu bodoh sekali, kenapa tidak segera berhenti, kenapa masih tetap saja bertahan di situ padahal sudah tau sakit. Sementara yang dicintai bebas kesana kemari bersama orang lain yang mungkin dia cintai atau tidak dia cintai. Sementara yang mencintai selalu was-was, tapi mau protes juga tidak bisa, memangnya siapa dia? Enak saja diprotes-protes, berhak juga tidak. Tapi disisi lain, yang mencintai berusaha mengelus dada sambil mengobati hatinya yang sakit, berkata pelan untuk hatinya yang sedang lecet atau bahkan berdarah, “tidak apa-apa yang penting dia bahagia, melihat senyumnya sudah cukup membahagiakan, bisa bersamanya itu adalah bonus dari ketulusan yang aku berikan”. Padahal kalo saja dia tahu, hatinya yang lecet atau bahkan berdarah itu sedang berteriak-teriak, ”berhenti, berhentilah mencintainya”. Tapi sayangnya teriakan-teriakan itu teredam oleh luapan cinta yang begitu besar untuk seseorang yang tidak balik mencintai.
Apapun dilakukan demi melihat yang dicintai bahagia, ya, karena bagi yang mencintai, melihat senyumnya adalah bahagia, meskipun harus merasa sakit di dada sebelah kirinya, karena terkadang yang membuatnya bahagia adalah sesuatu hal yang menyakitkan bagi yang mencintai. Dan lagi yang mencintai akan berkata pada hatinya ‘tidak apa-apa, yang penting dia bahagia’. Saking seringnya dicekoki kalimat itu, hatinya sekarang jadi mati rasa, mau sakit mau bahagia mau sedih rasanya hampir sama, ya mati rasa, tidak bisa lagi membedakan. Kalau sudah begini sebenarnya berbahaya, tapi bagaimana lagi yang mencintai masih ingin bertahan meski yang dicintai masih tetap tidak pernah melihat.
selalu saja punya sejuta alasan untuk bertahan. Sekali dua kali sahabat-sahabatnya masih mau menasehati, tapi tidak didengarkan sedikitpun. Hingga akhirnya sahabat-sahabat lelah, dengan gamblang mengatakan bahwa dia bodoh. Yang bisa dilakukan sahabat-sahabatnya hanya berdoa agar sahabatnya yang sedang mencintai seseorang yang tidak balik mencintainya itu, tetap baik-baik saja, tidak terjadi apa-apa dengan hatinya yang hanya satu itu
Subscribe to:
Posts (Atom)