Friday, March 1, 2013

Liburan Akhir Semester 7 (Part 5) : Candi Merak feat Rumah Duren

Berawal dari posting-an teman saya, Ucup di facebook tentang Candi yang berada di Kecamatan Karangnongko, saya jadi penasaran. Kebetulan memang saya sudah suntuk seminggu di rumah tanpa kegiatan yang berarti. Jadilah saya meng-sms Icha dan Kiki untuk merencanakan berwisata ke candi tersebut.

Akhirnya rencana maen ke Candi Merak sudah matang. Saya, Icha, Kiki dan Nio berkumpul di depan SMA tercinta kami, SMA N 1 Klaten. Berfoto sejenak di depan Almamater tercinta sambil menunggu Ratih yang sedang perjalanan dari rumah.

Kami berangkat pukul 10.00 WIB dari SMA N 1 Klaten menuju ke Candi Merak sekalian jemput si Ucup, Tour Guide kami pagi ini. Setelah menenpuh perjalan sejauh kurang lebih 3 Km dari rumah Ucup, kami sampai di Candi Merak yang terletak di Dukuh Candi, Kecamatan Karangnongko, Klaten. Tak disangka sangka, sesampainya kami di kompleks Candi, ternyata gerbang candi masih terkunci, belum buka mungkin. Ucup si Tour Guide berusaha mencari informasi dari warga sekitar. Ternyata yang jaga Candi Merak itu PNS jadi hari Sabtu dan Minggu libur, ko aneh ya ada gitu tempat wisata yang tutup hari Sabtu Minggu?


Nasib, candinya tutup

Tapi ternyata ada warga yang berbaik hati memanggilkan Pak Slamet, salah seorang warga yang memegang kunci kompleks Candi Merak. Yeay!! Akhirnya kami bisa masuk, terimakasih Pak Slamet. Setelah gerbang candi terbuka, kami mulai berhamburan mencari tempat berpose yang keren, manjat sana manjat sini, cengar- cengir ga jelas. Si Icha malah latihan buat foto Prewed nya nanti, Ucup sibuk ngumpulin foto buat koleksi pribadi katanya, padahal yang difoto juga Cuma kita-kita ini yang disini - -“





Menurut cerita dari poster yang terpampang di depan Kompleks candi, maklum ga pake Tour Guide beneran, Candi Merak merupakan candi Hindu. Terbukti dari adanya temuan stupa-stupa di lokasi ini seperti Yoni, Ganesha, Durga(Tuhan umat Hindu) dan Nandi (Kendaraan milik Siva). Candi Merak memiliki ukuran lebar 8,86 m, panjang 13,5 m dan tinggi 12 m. Restorasi bagian kaki dan badan candi dilaksanakan pada tahun 2007-2010 , sedangkan bagian atap candi dapat diselesaikan pada tahun 2011.




Nih, Candi Merak, mirip ya sama Candi Gedongsongo

Kalau cerita versi Pak Slamet dan beberapa warga lain, kompleks Candi Merak ini dulunya adalah sebidang tanah yang ditumbuhi pohon besar. Nah setelah pohon besar tersebut ditebang dan dibersihkan hingga akarnya, ditemukanlah sekumpulan batu yang mirip materi bangunan candi. Kenapa dinamakan Candi Merak? Menurut Pak Slamet, pada zaman dahulu terdapat sarang burung merak disekitar candi Hindu ini, selain itu beberapa Relief di candi tersebut bebrtuk seperti cap kaki burung merak. Jujur saja, mendengar cerita Pak Slamet, saya langsung membayangkan, flashback ke beratus-ratus tahun sebelum hari ini, tempat ini kaya apa ya dulu? Hmm entahlah, yang jelas Candi Merak ini mulai dilirik wisatawan Mancanegara lhoh. Kata Ucup sih, pas dia pertama kali ke candi ini, dia ketemu bule lagi asik nontonin ni candi, cielah ditontonin berasa bioskop.


Ini, Pak Slamet yang uda baik hati nyariin kita kunci

Puas berwisata budaya, perjalanan kami lanjutkan menuju Rumah Durian Ibu Sunarni yang terletak tak jauh dari Candi Merak, sekitar 5 menit perjalanan. Sepanjang jalan yang saya lalui dari Candi Merak menuju Rumah Durian Ibu Sunarni, betebaran pohon durian dimana-mana. Saya langsung punya pikiran absurd banget, gimana jadinya kalo ada angin gedhe trus duriannya pada runtuh, padahal yang naek motor pada ga pake helm? Hehe absurd sekali kan.

Begitu sampai di halaman rumah Ibu Sunarni, hidung kami serasa ditusuk durian, eh salah, maksud saya bau durian menusuk hidung kami. Durian bergeletakan dimana-mana, seakan-akan berteriak, makan kami!! makan kami!! Iye-iye sabar tar gua beli lu lu pada.


icha lagi nyicicipin Duren yang bakal kita pilih

Ternyata Rumah Durian Ibu Sunarni ini cukup terkenal, terbukti dari banyaknya pengunjung yang datang membeli durian di tempat ini. Setelah melalui pergulatan panjang dengan ibu Sunarni, akhirnya kami memenangkan 3 durian dengan harga 75 ribu. Kata Ucup durennya lonjong kaya muka saya, eeet dah temen kampus bilang muka saya kaya kates, nah sekarang dibilang kaya duren, demi apa coba - -“


Emang iya sih mukaku selonjong duren ini, mana tampangku udah berantakan pula :(

Begitu durian dibuka satu persatu, kita berenam ngadain perundingan, durian mana yang harus dieksekusi terlebih dahulu. Akhirnya si Orange mendapat giliran terakhir untuk kami santap. Jadilah kami mabok durian setelah itu.


Before, ini saat duren-duren masih lengkap


Kita makan deh durennya abis itu


After, ketika hanya tinggal kulit yang tersisa

Hal menarik dari Rumah Durian Ibu Sunarni adalah, kalau durian yang kita pilih ternyata busuk, bisa minta ganti, dan dijamin kualitas di Rumah Durian Ibu Sunarni ini top banget, enaknya kebangetan. Saya yang biasanya Cuma kuat makan dua biji durian sekarang kuat makan berbiji-biji durian. Kita juga bisa memakan durian yang kita pilih, langsung di Rumah Durian tersebut, gratis air minum ko, gratis juga air buat cuci tangan hehe. Oiya buat kamu yang penasaran atau memang hobi minum Jusdur alias Jus Durian, bisa juga pesan disini. Selamat mencoba.

No comments:

Post a Comment