Malam itu, akhirnya kita kembali bertemu setelah tepat satu bulan kita tak menghabiskan waktu bersama. Akhirnya, aku bisa memperhatikanmu sedekat ini lagi. Mengamati setiap gerakan dan merekam setiap kata yang kamu ucapkan. Kamu sudah memangkas rapi rambutmu, biasanya aku kurang suka melihat rambutmu ketika baru saja dipangkas, tapi kali ini aku suka terlihat lebih pantas dari biasanya. Sepertinya berat badanmu bertambah, mungkin karena kamu menghabiskan waktu terlalu lama di rumah dengan gizi yang tercukupi. Lenganmu yang biasanya aku cubit ketika aku kesal padamu, sepertinya tambah berisi. Aku semakin terlihat kecil saja ketika berjalan disampingmu, tentu saja, apalagi aku sempat sakit dan sulit tidur selama beberapa hari, berat badanku bukannya bertambah tapi malah berkurang.
Kamu tau, aku senang bisa menghabiskan waktu bersamamu lagi. Wajahmu terlihat lucu, beberapa kali terihat menahan tawa saat aku bercerita. Tak seperti biasanya, ya, karena kita terbiasa saling melempar canda lalu tertawa lepas bersama. Kali ini berbeda, kamu harus berusaha menahan tawamu dan menahan pandanganmu ke padaku. Mungkin masalah yang kemarin, ketika kamu kembali terseret ke masa lalu, dan aku hampir saja sampai di titik lelahku untuk bersamamu, cukup menguras energimu untuk sekedar tertawa bersamaku. Tidak apa-apa yang penting kamu ada di sini, di sampingku, itu sudah cukup membuatku bahagia.
Jangan terlalu lama seperti ini. Cepat kembali jadi kamu yang dulu, agar kita bisa saling melempar canda dan tertawa lepas bersama lagi. Jangan sampai sabarku habis untuk menunggumu.
bahagia bisa datang kapan saja dimana saja dan dengan siapa saja, kuncinya satu, nikmati saja momentnya, tidak peduli dimana, kapan dan dengan siapa asal kamu menikmati, pasti bahagia akan terasa disitu ..
Sunday, September 30, 2012
Saturday, September 29, 2012
Aku memaafkanmu sebelum kamu meminta maaf dan bahkan aku memaafkanmu sebelum kesalahan itu kamu buat
Kita terbiasa bersama, berbagi cerita, tawa dan canda. Hey, aku selalu merindukan saat-saat bersamamu. Aku paling suka saat tanganmu dengan jahilnya mengacak-acak jilbabku, saat aku mulai memasang muka manyun.
Kamu itu, seperti super hero untukku setiap kali aku menemui masalah, kamu selalu sigap membantuku. Ingat tidak, saat aku pulang terlalu larut malam, pukul 10 malam kamu menjemputku di depan sebuah Rumah Sakit, lalu kamu memarahiku gara-gara aku belum makan sejak pagi sampai pukul 10 malam, dengan sabar kamu menemaniku makan hinga pukul setengah sebelas malam.
Lalu ini, hal-hal yang sering kamu lakukan. Seringkali, kamu datang kekontrakan untuk mengambil makanan yang aku masak untukmu. Aku paling takut menyebrang jalan raya, dan kamu selalu menjadi pahlawanku saat menyebrang. Saat aku sakit kamu membawakan wedang ronde kesukaanku. Kita bahkan pernah berkeliling kota, hanya untuk mencari lokasi berfoto. Duduk bersamaku, mendengarku bercerita dan bernyayi.
Kamu itu lucu, tak pernah mau memilih, bahkan saat membeli baju pun aku yang memilihkannya untukmu, dan kamu tak mau tau, kamu hanya menurut saja pada pilihanku. Meskipun aku kadang merasa kurang nyaman dengan kebiasaan ‘tak bisa memilih’ mu ini.
Atau mungkin kamu masih ingat yang ini, saat aku menangis di terminal. Aku ingin pulang ke rumah, seperti biasa kamu mengantarkanku ke terminal. Waktu itu sudah terlalu malam menurutku, lalu aku menangis di terminal karena aku tak berani naik bus. Aku meminta kembali lagi ke kos, kamu ingat, saking lelahnya menangis aku lapar, dengan polosnya aku mengajakmu makan dan kamu tertawa terbahak-bahak waktu itu.
Kalau yang ini, kamu pasti masih sangat ingat. Aku mendatangimu di kontrakan, jalan kaki. Lalu kamu bermaksud mengantarkanku pulang ke kontrakanku, tapi waktu itu kamu sedang apes mungkin. Hey, aku bukan ingin pulang ke kontrakan, tapi aku ingin kekampus. Dengan celana kolor yang sobek di bagian samping, sandal jepit yang berbeda kanan dan kiri, belum mandi pula, dan tanpa helm aku menggiringmu ke kampus, ‘aku tak mau lewat jalan pintas, aku maunya lewat tengah kampus dan melewati fakultasmu’ kataku. Aku tertawa terbahak sepanjang jalan, sedangkan kamu asik membanggakan diri, ‘ah, bakalan banyak adik tingkat yang naksir kalo penampilanku seperti ini’, katamu. Aku semakin terbahak mendengar kalimat itu.
Tapi sekarang, semua berubah. Kamu diam, lebih tepatnya kamu mendiamkanku. Kamu bilang ‘nanti kamu akan terus sakit hati kalau terus-terusan bersamaku, aku yang salah, dan aku tidak mau semakin banyak berbuat salah padamu”. Kamu memang salah tapi aku sudah memaafkanmu. Hey, apa kamu tidak ingat, kamu pernah bilang bahwa kamu selalu memaafkan setiap kesalahanku sebelum aku minta maaf, dan akupun mengatakan hal yang sama ‘memaafkanmu sebelum kamu meminta maaf dan bahkan aku memaafkanmu sebelum kesalahan itu kamu buat’.
Jadi, tetaplah di sini, duduk dan dengarkan aku bercerita, lalu ucapkan satu atau dua kata agar aku tertawa, dan aku akan membayarnya dengan nyayianku, ato mungkin perhatianku jika memang kamu butuh.
Kamu itu, seperti super hero untukku setiap kali aku menemui masalah, kamu selalu sigap membantuku. Ingat tidak, saat aku pulang terlalu larut malam, pukul 10 malam kamu menjemputku di depan sebuah Rumah Sakit, lalu kamu memarahiku gara-gara aku belum makan sejak pagi sampai pukul 10 malam, dengan sabar kamu menemaniku makan hinga pukul setengah sebelas malam.
Lalu ini, hal-hal yang sering kamu lakukan. Seringkali, kamu datang kekontrakan untuk mengambil makanan yang aku masak untukmu. Aku paling takut menyebrang jalan raya, dan kamu selalu menjadi pahlawanku saat menyebrang. Saat aku sakit kamu membawakan wedang ronde kesukaanku. Kita bahkan pernah berkeliling kota, hanya untuk mencari lokasi berfoto. Duduk bersamaku, mendengarku bercerita dan bernyayi.
Kamu itu lucu, tak pernah mau memilih, bahkan saat membeli baju pun aku yang memilihkannya untukmu, dan kamu tak mau tau, kamu hanya menurut saja pada pilihanku. Meskipun aku kadang merasa kurang nyaman dengan kebiasaan ‘tak bisa memilih’ mu ini.
Atau mungkin kamu masih ingat yang ini, saat aku menangis di terminal. Aku ingin pulang ke rumah, seperti biasa kamu mengantarkanku ke terminal. Waktu itu sudah terlalu malam menurutku, lalu aku menangis di terminal karena aku tak berani naik bus. Aku meminta kembali lagi ke kos, kamu ingat, saking lelahnya menangis aku lapar, dengan polosnya aku mengajakmu makan dan kamu tertawa terbahak-bahak waktu itu.
Kalau yang ini, kamu pasti masih sangat ingat. Aku mendatangimu di kontrakan, jalan kaki. Lalu kamu bermaksud mengantarkanku pulang ke kontrakanku, tapi waktu itu kamu sedang apes mungkin. Hey, aku bukan ingin pulang ke kontrakan, tapi aku ingin kekampus. Dengan celana kolor yang sobek di bagian samping, sandal jepit yang berbeda kanan dan kiri, belum mandi pula, dan tanpa helm aku menggiringmu ke kampus, ‘aku tak mau lewat jalan pintas, aku maunya lewat tengah kampus dan melewati fakultasmu’ kataku. Aku tertawa terbahak sepanjang jalan, sedangkan kamu asik membanggakan diri, ‘ah, bakalan banyak adik tingkat yang naksir kalo penampilanku seperti ini’, katamu. Aku semakin terbahak mendengar kalimat itu.
Tapi sekarang, semua berubah. Kamu diam, lebih tepatnya kamu mendiamkanku. Kamu bilang ‘nanti kamu akan terus sakit hati kalau terus-terusan bersamaku, aku yang salah, dan aku tidak mau semakin banyak berbuat salah padamu”. Kamu memang salah tapi aku sudah memaafkanmu. Hey, apa kamu tidak ingat, kamu pernah bilang bahwa kamu selalu memaafkan setiap kesalahanku sebelum aku minta maaf, dan akupun mengatakan hal yang sama ‘memaafkanmu sebelum kamu meminta maaf dan bahkan aku memaafkanmu sebelum kesalahan itu kamu buat’.
Jadi, tetaplah di sini, duduk dan dengarkan aku bercerita, lalu ucapkan satu atau dua kata agar aku tertawa, dan aku akan membayarnya dengan nyayianku, ato mungkin perhatianku jika memang kamu butuh.
Subscribe to:
Posts (Atom)