Kamu, kamu dan kamu, ah penuh sekali rasanya otakku olehmu. Otakku memang tak hanya berisi tentangmu saja, tapi saat ini rasanya otakku begitu terasa penuh karena ulah mu, bagaimana tidak di lobus sini sedang sibuk menayangkan slide-slide tentangmu senyummu, muka seriusmu, keangkuhan, kelembutanmu.
Di lobus sana sedang hingar bingar memutar rekaman suaramu, tawamu, cerita-ceritamu yang selalu membuatku tertarik, entah itu tentang adikmu, orang tuamu, kuliahmu, ah semua tentangmu tak ada yang tak menarik bagiku.
Tak ketinggalan video kebersamaan kita yang berhasil aku rekam dengan memori otakku sedang berjalan di lobus otakku yang situ. Lihat, itu kebiasaanmu saat turun dari motor, membuka helm dan kemudian melihat bayangan wajahmu sendiri dari kaca spion dan selanjutnya jari-jarimu akan reflex menyisir rambutmu. Dan ini lihatlah, mungkin kamu tak sadar bahwa kamu memiliki kebiasaan ini, ini adalah saat kamu mencoba menahan emosimu padaku dan aku hanya memasang muka polos merasa tak bersalah lalu tanganmu akan reflex menyentuh kepalaku, haha sungguh mukamu sangat lucu saat menahan emosi. Coba sini, yang ini adalah kebiasaanmu saat minum menggunakan sedotan, mencelupkan sedotanmu kedalam gelas, menutup lubang bagian atas, mengangkat sedotan dari gelas sambil tetap menutup lubang bagian atasnya, lalu setelah itu kamu membukanya hingga cairan yang tertahan dalam sedotanmu keluar. Dan yang ini adalah caramu menertawakanku saat aku sedang cemberut, kau biasanya menyebutnya manyun bukan cemberut. Semua menjadi begitu ramai di otakku.
Sebenarnya aku heran, kamu itu terlalu baik atau memang lisanmu telah disetting untuk tak mengatakan ‘ tidak’ padaku. Jika semua orang berkata ‘tidak’ maka aku yakin kamu yang akan mengatakan ‘iya’ untukku.
Kamu selalu menyediakan waktumu untukku menemaniku berceloteh kesana-kemari, meski terkadang aku tau kamu bosan mendengar ceritaku dan memilih untuk menanggapi singkat saja dengan 3 kata. ‘ooo gitu ya’ atau parahnya lagi 1 kata ‘uhm’ haha tak apa yang penting aku masih bisa duduk dan menghabiskan waktu bersamamu itu cukup untukku.
Kamu, kamu hebat kamu bilang kamu emosian, tapi kamu selalu bisa menghadapiku yang menjengkelkan ini dengan kesabaranmu yang luar biasa. Kata mereka kamu begitu baik padaku, kata mereka kamu begitu menyayangiku, tunggu dulu sepertinya ada yang salah, bukankah kamu pernah mengatakan kamu tak menyayangiku apalagi mencintaiku, kamu selalu memintaku agar tak salah mengartikan semua yang selama ini kita jalani. Tenang saja aku lebih percaya padamu, karena itu rasamu dan hatimu, tentunya kamu tak akan mengatakan hal yang salah mengenai isi hatimu. Tapi sebentar, coba aku ingat kembali yang sering aku lihat dimatamu kira-kira itu apa ya? Bisakah kamu jelaskan padaku?
Ah, maaf aku lupa seharusnya aku tak boleh berpikir yang tidak-tidak mengenai kita. Seharusnya aku sudah cukup bersyukur bisa mengenalmu, bukan malah berpikir yang tidak-tidak mengenai hatimu.
No comments:
Post a Comment